Sabtu, 21 April 2012

makalah



KONSEP ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM PERENIALIS ESENSIALIS
 MADZHABI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN
 MILIU DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“ Filsafat Pendidikan Islam ( FPI ) “

t.jpg


Disusun oleh        :


Dosen Pengampu                :


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PONOROGO
2011
BAB       1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dalam filsafat pendidikan islam sebenarnya filsafat itu adalah sebagai induk dari ilmu pengetahuan, pada dasarnya tujuannya untuk menjawab seluruh problem yang ada ataupun yang mungkin ada. Di Amerika serikat telah berkembang madhab – madhab pemikiran pendidikan yang menjadi dua kelompok yaitu tradisional dan kontemporer.
Di sisi lain, pengembangan pemikiran (filosofi) pendidikan islam juga dapat dicermati dari pola pemikiran Islam yang berkembang di belahan dunia Islam pada periode modern ini, terutama dalam menjawab tantangan dan perubahan zaman serta era modernitas. Sehubungan dengan itu, Abdullah (1996) mencermati adanya empat model pemikiran keislaman, yaitu : (1) Model Tekstualis Salafi; (2) Model Tradisionalis Mazhabi; (3) Model Modernis; (4) Model Neo-Modernis. Dalam konteks pemikiran (filsafat) pendidikan terdapat 2 madzhab yang lebih dekat dengan model tekstualis salafi yaitu perenialis dan esensialis. Di dalam makalah ini saya akan membahas ketiga aliran filsafat pendidikan Islam perenialis, esensialis, madzhabi dan implikasinya terhadap pengembangan miliu dalam pendidikan islam.

B.      Rumusan Masalah

1.       Apa definisi dari filsafat perenialis, esensialis dan madzhabi ?
2.       Apa pengertian dari miliu pendidikan Islam ?
3.       Bagaimana implikasi filsafat pendidikan perenialis, esensialis, madzhabi terhadap miliu dalam pendidikan ?




BAB       II
PEMBAHASAN

1.       Pengertian Filsafat Perenialis esensialis dan Salafi
a.       Filsafat Perenialis
Perennialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced leaner’s Dictionary of Current Engglish diartikan sebagai “continuing throughout the whole year” atau “Lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu’ aliran perennialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai – nilai dan norma – norma yang bersifat kekal abadi.[1]
Dalam sumber lain menyebutkan bahwa, Perenial berarti everlasting, tahan lama, atau abadi. Dalam sejarah peradaban manusia dikenal sejumlah gagasan besar (great ideas) tang tetap menjadi rujukan sampai kapan pun juga.[2] Jadi perenialisme ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam dunia pendidikan sebaiknya menjaga, mengawetkan pada suatu nilai tertentu yang di anggap benar terhadap hal – hal yang bersinggungan dengan pendidikan terlebih pada dunia sekarang ini.
Dalamkonsep pendidikan perenialis di latar belakangi oleh Filsafat – filsafat Plato, Aristoteles, Thomas Aquianas. Dimana Plato sebagai Bapak idealisme klasik, filsafat Aristoteles sebagai Bapak realisme klasik, dan Thomas Aquianas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran gereja katolik yang tumbuh pada zamannya ( abad pertengahan ).



Sedangkan menurut Thomas Aquianas, pandangan Perenialisme ia menekankan dalam 2 hal pemikiran tentang realitisnya yaitu dunia tidak diadakan dengan semacam dari bahan dasar dan penciptaan tidak terbatas hanya satu saat saja.[3]
b.       Filsafat Esensialis
Esensialisme adalah suatu aliran dalam pendidikan yang didasarkan kepada nilai – nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialis berkembang pada zaman Renaisance.[4]
Aliran Esensialisme ini memendang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah – ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai – nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi.
Hakekat pendidikan esensialis adalah pendidikan yang bersendikan atas nilai – nilai yang dapat mendatangkan kestabilan, Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai – nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas yang telah teruji oleh waktu.[5]

c.        Filsafat Madzhabi
Model kedua ( tradisionalis madzhabi ) berupaya memahami ajaran – ajaran dan nilai – nilai mendasar yang terkandung dalam al – Qur’an dan al – Sunnah al – shahihah melalui bantuan khazanah pemikiran Islam klasik, namun seringkali kurang begitu mempertimbangkan situasi sosio – historis masyarakat setempat dimana ia turut hidup di dalamnya.
Berbagai tipologi, parameter, ciri – ciri dan fungsi pendidikan Islam dalam pemikiran Pereanialis – Esensialis – Madzhabi dapat digambarkan secara singkat dalam table dibawah ini.[6]
Tipologi pemikiran Pendidikan Islam
Parameter
Ciri – ciri Pemikiran
Fungsi Pendidikan Islam
Perenial Esensialis Madzhabi
-    Bersumber dari al-Qur’an dan al sunnah
-    Regresif ke masa pasca salaf/ klasik
-    Konservatif (mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai dan pemikiran para pendahulunya secara turun temurun)
-    Menekankan pada pemberian syarh dan hasyiyah terhadap pemikiran pendahulunya.
-    Kurang ada keberanian mengkritisi atau mengubah substansi materi pemikiran para pendahulunya
-     Melestarikan dan mempertahankan nilai dan budaya serta tradisi dari satu ganerasike generasi berikutnya.
-     Pengembangan potensi dan interaksinya dengan nilai dan budaya masyarakat terdahulu.

2.       Pengertian Millieu dalam Pendidikan Islam
Yang dimaksud lingkungan (milieu) adalah suatu yang berada diluar dari anak dan mempengaruhi perkembangannya.[7] Lingkungan merupakan salah satu pendidik yang ikut serta menentukan corak pendidikan, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik lingkungan pendidikan adalah tanggung jawab siapa yang melaksanakan dalam pendidikan itu[8].
Lembaga yang tumbuh didalam masyarakat serta mempunyai pengaruh luas bagi kehidupan agama anak diantaranya :


a.       Keluarga
Keluarga adalah ikatan laki – laki dengan perempuan berdasarkan hokum/ undang – undang perkawinan yang sah. Di dalam keluarga ini lahirlah anak – anak, disinilah terjadiinteraksi pendidikan.
Para ahli didik umumnya menyatakan, pendidikan  di lembaga ini merupakan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian karena di lembaga inilah anak mendapat pendidikan untuk pertama kalinya, disamping itu pendidikan disini mempunyai pengaruh dalam terhadap kehidupan peserta didik dikelak kemudian hari.[9]

b.      Sekolah
Sekolah ialah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga. pada waktu anak – anak menginjak umur 6 atau 7 tahun, perkembangan intelek, daya piker, telah meningkat sedemikian rupa, karena itu pada masa ini disebut masa keserasian bersekolah. Pada saat ini anak telah cukup matang untuk belajar di sekolah. ia telah mampu mempelajari ilmu – ilmu yang diajarkan di sekolah, seperti matematika,IPS, IPA, bahasa, Olahraga, keterampilan, agama dan lain sebagainya.
Keluarga umumnya tidak berkesempatan atau bahkan banyak yang tidak berkemampuan mengajarkan ilmu – ilmu tersebut. Karena itu, sudah sepantasnyalah mereka menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah. dan memang sekolah yang telah diatur dan dipersiapkan sedemikian rupa mampu melaksanakan tugas – tugas tersebut.
Di samping itu, telah diakui oleh berbagai pihak bahwa peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar. Lingkungan sekolah yang positif yaitu lingkungan yang memberi dorongan atau memberi motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam.

c.        masyarakat
organisasi – organisasi yang tumbuh didalam masyarakat cukup banyak, diantaranya :
1)       Kepanduan ( kepramukaan )
2)       Perkumpulan – perkumpulan kepemudaan seperti perkumpulan mahasiswa, (PMII, HMI, IPNU, IPPNU, ANSHAR dan lain sebagainya).
3)       Perkumpulan – perkumpulan dan olahraga kesenian.
4)       Perkumpulan – perkumpulan sementara seperti Panitia Penolong Korban Bencana Alam dan sebagainya.
5)       Perkumpulan (club – club) pengajian atau diskusi, seperti majlis ta’lim dan sebagainya.
6)       Perkumpulan koperasi dan lain – lain.
Organisasi tersebut mendasarkan diri pada agama dan mempunyai pengaruh positif bagi kehidupan keagamaan.
Tidak kalah pentingnya dengan organisasi – organisasi tersebut yaitu persekutuan hidup didalam masyarakat yang memanifestasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari – hari. Semuanya itu ikut mempengaruhi keagamaan anak – anak.[10]

3.       Implikasi Filsafat perennial esensial madzhabi terhadap milliu dalam pendidikan
Tipologi perennial esensial madzhabi lebih menonjolkan watak yang tradisional ( dalam bentuk sikap, cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada nilai ). Dan watak yang madzhabi (kecenderungannya untuk mengikuti aliran, pemahaman/ pola pikiran sebelumnya yang dianggap sudah relative mapan,karena mereka di anggap sebagai masyarakat yang ideal. Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta menentukan corak pendidikan Islam yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik lingkungan adalah tanggung jawab siapa yang melaksanakan dalam pendidikan ini. Yaitu lingkungan pendidikan di keluarga, lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan pendidikan di masyarakat.




Dalam konsep filsafat tersebut berimplikasi kepada lingkungan keluarga. lingkungan keluarga yang ideal adalah keluarga yang mampu memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama dan memberikan perhatian dan fasilitas – fasilitas yang lain yang diperlukan.
Sedangkan lingkungan pebndidikan sekolah di Implikasikan maka akan mengalami change (perubahan) dalam proses belajar,yang berubah adalah tingkah laku, pengetahuan dan ketrampilan.
Kemudian yang terhakir adalam Implikasikan dalam lingkungan masyarakat adalah kumpulan hidup masyarakat yang mendorong anak untuk hidup dan mempratekkan ajaran Islam. Seperti rajin beramal, cinta damai, toleransi, suka menyambung ukhuwah Islamiyah.

 

BAB III
KESIMPULAN

                Aliran perenialis mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai – nilai dan norma norma yang bersifat kekal abadi.

                Esensialis adalah suatu aliran dalam pendidikan yang di dasarkan kepada nilai – nilai kebudayaan yang telah ada sejakawal peradaban umat manusia.

                Madzhabi berupaya memahami ajaran – ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam al – Qur’an dan al – sunnah al – ashahihah melalui bantuan khazanah pemikiran Islam klasik, namun seringkali kurang begitu mempertimbangkan situasi sosio historis masyarakat setempat dimana ia turut hidup di dalamnya.

                Lingkungan pendidikan Islam adalah suatu yang berada di luar dari anak yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik tersebut.

Implikasi yang menonjol dalam lingkungan keluarga adalah watak yang tradisional dan watak yang madzhabi, karena mereka di anggap sebagai masyarakat yang ideal. Yang menonjol di lingkungan pendidikan sekolah adalah ketika konsep aliran tersebut di Implikasikan dalam lingkungan sekolah, maka yang akan mengalami change (perubahan) dalam proses belajar. Yang berubah adalah tingkah laku, pengetahuan dan ketrampilan,sedangkan yang menonjol di lingkungan masyarakat adalah kumpulan hidup masyarakat yang mendorong anak untuk hidup dan mempratekkan ajaran Islam seperti : rajin beramal, cinta damai, toleransi, suka menyambung ukhuwah islamiyah, dll.








DAFTAR PUSTAKA


Zuhairi dkk. Filsafat Pendidikan Islam - Jakarta : PT Bumi Aksara – 2008
Chaedar Alwasilan. Filsafat Bahasa dan Pendidikan – Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Uyoh Sabdulloh, Pengantar filsafat Pendidikan – Bandung : Alfabeta – 2003
Basuki As’adi dan Miftahul Ulum, Pengantar Pendidikan – Ponorogo : STAIN. Po – 2011
 Http:// kumpulan makalah dan artikel/Pendidikkan Blogsport/Com/20111/aliran Esensialis dalam pendidikan fill Htm/diakses 20 Okt 2011 pukul 19.54
Muhaimin . Wacana Pengembangan Pendidikkan Islam. Yogyakarta Pustaka Pelajar 2003
Sudiyono.Ilmu Pendidikkan Islam 1.Jakarta: PT Bumi Aksara .2008
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi : Ilmu Pendidikkan Islam 1 Bandung: Pustaka Setia




1.       Zuhairi dkk, filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008 ) 27
2.       Chaedar Alwasilan, filsafat Bahasa dan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja RosdaKarya ) 103


3.       Uyoh Sadulloh, Pengantar filsafat Pendidikan ( Bandung : Alfabeta, 2003 ) 33
4.       Basuki As’adi, Miftahul Ulum, Pengantar filsafat Pendidikan. ( ponorogo : STAIN Po Press, 2010 ) 19 – 20
5.       http :// kumpulan makalah dan artikel Pendidikan blogspot.com/ 2011/ 1/ aliran esensialis dalam pendidikan fil. Htm/ diakses 20 oktober 2011 pukul 19.54

[5]
6.       Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003 ) 65
7.       Sudiyono, ilmu Pendidikan Islam. ( Jakarta : PT. RINEKA Cipta, 2009 ) 298
8.       Basuki As’adi dan Miftahul Ulum, Pengantar filsafat Pendidikan ……147


9.       Nuruhbiyati dan Abu Ahmadi. Ilmu Pendidikan Islam I ( bandung : Pustaka Setia, 1997 ) 237
10.    Sudiyono, ilmu Pendidikan Islam ….. 298

2 komentar: